Rabu, 23 November 2011

1 Raja-raja 11: 31-32


Sebagai Cikal Bakal Revolusi Israel Menurut Pemahaman Sumber E
Tahta dalam Kerajaan Israel Raya setelah Daud diserahkan kepada Salomo, salah satu anaknya.  Coote mencatat bahwa Salomo merupakan anak kesepuluh.  Adonia yang seharusnya menjadi ahli waris tahta Kerajaan Daud (kalau pun Adonia tidak ada masih ada beberapa saudara tiri lainnya) disingkirkan oleh Salomo untuk merebut tahta kerajaan.  Kekuasaan Salomo adalah ciptaan dari empat laki-laki tua peninggalan pemerintahan ayahnya, Daud, yaitu Benaya, Zadok, Natan, dan Adoram.  Salomo sedikit-banyaknya melaksanakan atau meneruskan apa yang telah dilakukan oleh Daud sebelumnya.[1]
Kerajaan Israel Raya dibawah pemerintahan Salomo terkenal dengan kemewahannya dan kekuatan militernya.  Segala kebutuhan untuk melanggengkan kemewahan dan kekuatan militernya, Salomo membebankannya kepada orang-orang desa yang ada di Israel Utara.  Mereka dipaksa untuk membayar pajak besar, membayar wajib militer dengan hasil ladang.[2]  Selain itu, ia juga ia merancangkan istana dan bait suci di Yerusalem yang membutuhkan waktu 20 tahun untuk menuntaskannya.
Pada masa pemerintahan, Salomo memelihara hubungan baik dengan negara-negara tetangga untuk mengusahakan jaringan perdagangan dengan para pedagang asing.  Bahkan, demi memperlancar kekerabatan kerjasamanya ia mengizinkan pelaksanaan kultus para sobat dagang di kerajaannya (dan tanpa menutup kemungkinan untuk melakukan perkawinan, seperti perkawinannya dengan ratu Mesir).  Salah satu contoh hubungan baik Salomo kepada bangsa lain ialah ketika ia membangun istana dan bait suci.  Ia banyak menerima bantuan dari raja Tirus dan sebagai balasannya ia menyerahkan dua puluh desa di Galilea.[3]
Dalam masa kerajaan Salomo tercatat bahwa Israel Utara lebih mudah menjadi sasaran campur tangan kekuatan-kekuatan asing.  Israel Utara memiliki lebih banyak tanah subur dan penduduk dibandingkan dengan Yehuda.  Sebagai kontrol dari pusat, Salomo mengutus Yerobeam untuk menjadi mandor – mengawasi para pekerja – di Israel Utara.  Hubungan antara Yerobeam dengan Salomo ditandai dengan datangnya pesan dari Allah kepada Salomo yang mengatakan bahwa ia telah melanggar perintah Tuhan dengan beristri banyak dan secara tidak langsung mengikutsertakan kultus masing-masing dari selir-selirnya ke dalam bait suci, dan selain itu adanya kerja paksa bagi rakyat desa di Israel Utara.
1 Raja-raja 11-12 mengisahkan hubungan Salomo dan Yerobeam.  Namun, sayangnya tidak begitu jelas apa yang ditulis dalam Akitab mengenai hubungan mereka ini.  Yerobeam mendapat pesan dari Allah melalui Ahia bahwa Allah akan mengoyakkan Kerajaan Israel Raya menjadi dua bagian, Israel Utara yang terdiri dari sepuluh suku dan sisanya diserahkan kepada keturunan Salomo, Rehabeam.  Setelah bertemu dengan Ahia tiba-tiba pembahasan dalam Alkitab teralih kepada Salomo yang berikhtiar ingin membunuh Yerobeam.
Sumber E mencatat dan memulai ceritanya dari Yerobeam.  Yerobeam dengan berani (dengan koalisinya yang menentang Salomo) memunculkan atau membangkitkan kembali kultus-kultus di Israel Utara dengan ilah-ilahnya ‘el’ dan ini yang membuatnya mengapa disebut sumber E (Elohim).  Bangkitnya kultus-kultus di Israel Utara sebagai bentuk pemberontakan terhadap kerajaan pusat yang terus menguras habis segala sumber daya alam dan kekayaan di Israel Utara dan itu terjadi perpecahan pada masa Rehabeam.
1 Raja-raja 11: 31-32, menurut sumber E, ingin menyampaikan akan terjadi perpecahan Kerajaan Israel Raya menjadi dua.  Koyakan baju Ahia menandakan bahwa ada pelanggaran yang terjadi atas pemerintahan Salomo.  Salomo dalam politiknya terlalu licik sehingga banyak pemberontakan terjadi di mana-mana, tapi Salomo masih berhasil membungkam perlawanan tersebut dan akhirnya sampai Yerobeam kabur ke Mesir dan disinyalir di sana ia berjumpa dengan para pemberontak lainnya.  Politik Salomo tidak memperhatikan rakyat secara keseluruhan.  Ia hanya memperhatikan kepentingan elit politik pada saat itu.  Sama halnya dengan ‘membudakkan’ masyarakat desa untuk bekerja keras memenuhi kebutuhan mereka yang sedang berfoya-foya.  Oleh karena itu, koyakkan baju Ahia menandakan awalnya revolusi dalam kerajaan Israel melalui Yerobeam.  Tidak menutup kemungkinan bahwa koyakan baju itu adalah bentuk dukungan kepada Yerobeam untuk melakukan revolusi ditambah lagi dengan upaya Yerobeam mencari simpati terhadap para tua-tua di Israel Utara.
Mengapa hanya sepuluh koyakan (suku) saja kepada Yerobeam?  Hal itu dikarenakan memang hanya sepuluh suku yang berasal dari Israel Utara.  Ketika masyarakat desa di Israel Utara tidak mendapat perlakuan baik maka mereka memutuskan untuk memberontak, dan ini terbukti ketika Yerobeam bersama penduduk Israel Utara datang menghadap Rehabeam untuk menyerukan ketersiksaan mereka selama pemerintahan Salomo.  Dan angka sepuluh bukanlah angka yang sedikit dari dua belas suku, oleh karena itu revolusi pun terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Coote, Robert P.  In Defense of Revolution: The Elohist History (Minneapolis: Fortress Press.  1991.
Coote, Robert B. & Mary P. Coote.  Kuasa, Politik, & Proses Pembuatan Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia.  2004.
Gottwald, Norman K. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press, Second Printing.  1987.


[1] Robert B. Coote & Mary P. Coote, Kuasa, Politik, & Proses Pembuatan Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 40.
[2] Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press, Second Printing, 1987), 322.
[3] Robert P. Coote, In Defense of Revolution: The Elohist History (Minneapolis: Fortress Press, 1991), 56.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar